Kamis, 05 Mei 2011

ketika aku memakainya

Berada Disini adalah saat-saat  yang  membosankan dalam hidupku,  aku rasa wajar banyak orang yang masuk ke rehabilitasi keluarnya malah tambah jadi. Karena tak ada satu hal pun yang membuat mereka untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
Orang tua ku memilihkan tempat rehabilitasi yang paling baik yang ada di Indonesia menurut mereka tapi tidak menurutku. Ini adalah tempat paling membosankan yang pernah aku temui, dan satu lagi setiap kamis pagi sampai sore kami diharuskan melakukan kegiatan rohani sesuai dengan agama masing-masing. Sebagai orang yang beragama Islam aku dan yang lain diwajibkan untuk mendengarkan pelajaran tentang agama, yang mengisi kelas ini adalah seorang laki-laki tua yang sangat membosankan, mengingatnya saja sudah membuat ku tak bersemangat, apa lagi harus mendengarkannya mengoceh sepanjang hari.
Kini semua sudah berada disebuah ruangan yang sering disebut kelas. Tumben kakek tua itu terlambat, biasanya tepat waktu adalah prinsipnya. Tak lama salah satu petugas masuk bersama seorang laki-laki yang tak pernah ku lihat sebelumnya.
“Maaf teman-teman Ustadz Herman untuk sementara ini tidak bisa menghadiri kelas ini dikarenakan dia sakit”
Semua yang ada tampak sumringah karena bahagia. Aku bersyukur didalam hati.
“Tapi kami sudah menemukan seorang yang bisa menggantikan beliau, silakan Mas “
Laki-laki itu tersenyum pada petugas, kemudian petugas keluar dan dia mengambil alih kelas. Raut gembira yang hadir tadi, kini telah musnah. Apa lagi tingkah laki-laki ini pasti tak kan jauh beda membosankannya dibandingkan kakek tua itu.
“Assalammualaikum, selamata pagi. Baiklah sebelum memulai kelas kita pagi hari ini. Perkenalkan nama saya Alfis mungkin dibandingkan dengan yang mengisi materi kalian sebelumnya saya tidak akan sebanding, karena ilmu saya masih sedikit”
“Udah dech nggak usah bertele-tele, pusing tau nggak” ujar Rony.
“Baiklah, mungkin materi yang akan saya angkat kali ini sudah sering kalian dengar dan lihat. Apa lagi saya lihat di dalam kelas ini hampir 75% adalah perempuan”
Memang benar, karena yang lain sudah berhasil meloloskan diri. Aku hari ini kurang beruntung begitupun dengan Rony. Sedangkan teman-teman ku yang lain pasti sedang asyik entah dimana.
“Males banget, cabut aja Kar“ ajak Rony yang duduk disebelahku, tapi aku tak menghiraukannya karena pertama kali melihat laki-laki ini aku merasa  mengenalnya tapi aku tak tau siapa dia.
“Saya akan membahas tentang kewajiban yang seakan terlupakan oleh seorang wanita, yaitu jilbab “
“Kalo begitu kita yang laki-laki nggak perlu disini, kan kita-kita nggak pake’ jilbab” ujar Rony lagi, diikuti dengan anggukan yang lain.
“Jika itu yang kalian inginkan silahkan, saya tidak pernah memaksa seorangpun untuk duduk dan mendengarkan saya, tapi jika saudara berpikir bahwa laki-laki tidak perlu mendengarkan materi ini saudara salah besar karena kita sebagai laki-laki wajib mengingatkan kakak, adik perempuan kita, ibu bahkan istri kita. Karena jika sampai akhir hayat mereka tidak menunaikan kewajiban mereka maka orang yang bertanggung jawab selain mereka sendiri adalah ayah, kakak atau adik laki-laki dan suami mereka “
Rony terdiam mendengarkan penjelasan dari laki-laki ini, dan dia kembali duduk.
“Kita lanjutkan kembali bahwa pada salah satu firman Allah di Alquran yaitu pada Surat An Nur ayat 31 yang cukup panjang, yang saya kutip satu baris saja, yang berbunyi sebagai berikut. : “Katakanlah kepada wanita yang beriman… … … . . Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung kepalanya sampai kedadanya”, jadi pada ayat ini sudah dijelaskan secara gamblang bahwa jilbab adalah suatu kewajiban bagi anda para perempuan.”
Penjelasannya yang ringan dengan penyampaian yang santai membuat yang mendengar tidak merasa bosan dan semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakannya selanjutnya. Tak terasa hari sudah jam sebelas dan berarti kelas ini berakhir.
“Baiklah tak terasa waktu jua yang memisahkan kita, Insya Allah minggu depan kita akan bertemu lagi. Dan jika ada hal yang mengganjal dan ingin ditanyakan silahkan kalian tanyakan kapanpun karena saya akan berada disini sampai 2 bulan kedepan. Baiklah saya akhiri Wassalammualaikum wr.wb”
Setelah perjumpaan pertama, kelas yang biasanya hanya berisi tak lebih dari 20 sekarang penuh sesak terutama oleh cewek-cewek genit yang memusingkan kepala.
“Assalammualaikum” sapanya padaku ketika aku sedang duduk ditaman.
            “Sepertinya kamu sudah tidak mengenali aku lagi Kara” ujarnya lagi
            “Sorry gue nggak punya temen Ustadz “
Dia tersenyum, dia tak menoleh kearahku, pandangannya lurus kedepan.
“Aku kira kamu akan langsung mengenaliku saat pertemuan pertama itu. Ternyata tidak “
            “Siapa si lo? Mungkin elo yang kenal gue tapi gue nggak kenal lo “
            “Apa kabar Bemu ?”
Bemu ??  Nggak ada orang lain yang tau kalo gue punya boneka yang gue kasih nama Bemu, selain Putra. Nggak mungkinkan laki-laki ini Putra.
“ aku Putra Kar “
            “Putra, ya ampun apa kabar lo ?” saat aku akan memeluknya dia memberikan isyarat tidak padaku.
            “Sorry Kar, bukan muhrim. Akhirnya, kirain kamu nggak bakalan inget “
            “Elo sie berubah beda banget sekarang“
            “Kamu juga,  Aku nggak nyangka kita bakalan ketemu disini “
            “Bisa aja Lo, Nyokap Bokap gue aja nggak kalah kagetnya sama Lo. Tapi mau gimana lagi. Kok Elo bisa disini?“
            “ karena gue tau elo ada disini. Aku berusaha untuk mencari kamu, dan akhirnya aku dapet kabar kalo kamu sekarang lagi ngejalani rehabilitasi narkoba disini “
            Aku tersenyum kecut mendengar penjelasannya.
            “ aku awalnya nggak percaya kalo kamu bisa seperti ini “
            “ udahlah nggak usah dibahas “
            “ nggak apa-apa kalo nggak mau dibahas, tapi kalo kamu mau cerita aku siap mendengarkannya”
            Aku berusaha membuka catatan yang tak ingin aku baca dan ingat lagi ini.
            “ gue juga nggak nyangka gue bakalan kayak gini. Awalnya gue Cuma mau tau bagaimana mereka bergaul dan gue mau mereka menerima gue dikomunitas mereka, tapi sekarang gue malah terjerumus “
Panjang lebar aku menceritakan perjalanan ku sampai aku mengenal barang jahanam yang telah merusak masa depan ku ini.
Dia hanya tersenyum mendengar ceritaku, tak lama terdengar suara adzan.
            “Kita sholat dulu, nanti kita lanjutin lagi “
            “Ntar gue nyusul “
            “Baiklah, aku duluan ya”
Aku hampir lupa bahwa salah satu kewajiban orang Islam adalah sholat. Mungkin aku sudah lupa bagaimana tata cara sholat.
Sejak aku tau bahwa dia adalah Putra, aku selalu menghindarinya aku malu padanya. Dia adalah sahabatku sewaktu aku masih dibandung, saat masuk SMA aku pindah kejakarta hingga sekarang aku baru bertemu lagi dengannya mungkin sekitar 6 tahun kami tak pernah bertemu.
            Hingga suatu hari entah apa yang menggerakkan ku melangkah kemusholah saat mendengarkan suara adzan. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku hanya berdiri didepan musholah.
            “ kok bengong ayo masuk sholat “ tiba-tiba ada yang menyapaku dari belakang saat aku menoleh ternyata Putra.
            “ gue... gue....”
            “ nanti aku ajarin buat wudhunya kalo sholatnya kamu ikutin aja dulu selesai sholat, baru kita belajar “
Aku menganggukan ajakannya, dia mengajariku mengambil wudhu. Aku mengikuti semua yang dilakukannya, saat sholat aku hanya mengikuti gerakan orang disebelahku.
Sesudah sholat aku menunggu Putra diluar, tak lama kemudian dia datang.
            “ kayaknya elo lebih cerah selesai sholat, enakkan sholat. Hati jadi tenang tentram”
Aku hanya tersenyum.
            “ kok Cuma senyum, saat-saat ini yang aku tunggu. Akhirnya aku bisa ngeliat kamu seperti ini sebelum aku meninggalkan tempat ini“
            “ pergi? elo bilangkan 2 bulan sedangkan ini baru “
            “ baru berapa? Aku sudah 5 minggu disini. Berarti waktu ku hanya 3 minggu lagi. Itupun jika allah mengizinkan”
            “ cepet banget ya Al “
            “ iya, waktu itu berjalan sangat cepat hingga kita tidak menyadarinya. Buktinya dulu aku mengenal kamu sebagai Kara yang baik, manis dan dulu kamu adalah wanita yang sempurna dimataku “
            “ sekarang ?”
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management