Kamis, 11 Juli 2013

cerita cinta part 7

waaaahhh, udah lama banget nggak posting, soalnya kemarin blognya sempet nggak bisa dibuka karena terlalu lama ane abaikan. tapi sekarang ane balik lagi, mulai sekarang ane bakalan lebih rajin lagi. selamat membaca ya, cerita udah hampir selesai nie. pantengin terus ya

Aku tak menghiraukan ucapan Gina, mobil kami terus melaju. Apa maksud Gina dengan semua ini, tiba-tiba mengatakan ingin putus tanpa alasan. Atau ini hanya kerjaan isengnya saja. Aku tak bisa menerkanya.
Sepanjang perjalan kami hanya terdiam, aku tak berani untuk memulai berbicara. Aku takut Gina benar-benar akan meninggalkanku, walaupun aku tak tau apa alasannya hingga Gina seperti ini. Kenapa aku menjadi pengecut seperti ini ? mungkin memang ada hal yang harus diselesaikan antara kami. Dan semoga ini bukan akhir dari sebuah kisah yang baru berjalan ini. Aku menghentikan mobilku dipinggir jalan yang tampak sepi.
“ kalo emang elo mau kita putus, seenggaknya elo jelasin ke gue apa masalahnya “ ujarku setenang mungkin.
“ gue bosen jalan sama lo “ ucap Gina santai seakan dia tak menyakiti siapapun dengan berkata begitu
“  bosen ? “ tanyaku kembali seakan tak percaya dengan alasannya untuk mengakhiri hubungan ini.
“ kurang jelas, perlu gue ulangi “ ujarnya
“ ok, kalo itu mau elo. Tapi biarin gue nganter elo sampe rumah “ ujarku

Aku kembali menyalakan mobil, ini sungguh perjalan yang tak pernah terbayangkan olehku. Aku tak menyangka rasa yang pertama kali muncul saat aku melakukan perjalanan bersamanya, harus berakhir disaat seperti ini juga. Tak satu katapun keluar dari mulutku, ingin rasanya aku mempertanyakan alasan yang diberikannya, alasan yang terasa terlalu dibuat-buat. Tapi aku tak mampu melakukannya, aku takut akan lebih melukai hatiku.
Perjalanan yang panjang ini akhirnya berakhir. Gina mengucapkan terima kasih ketika sampai dirumahnya. Aku tak sanggup melihatnya lagi saat ini, terlalu sakit rasanya jika harus melihat senyumnya. Aku langsung menyalakan mobilku dan kembali kerumah.
Hari-hari berikut berjalan begitu lambat, aku benar-benar merindukannya. Merindukan Gina, walaupun sangat sakit, ketika mengingat alasan yang dilontarkannya padaku, tapi aku tak dapat memungkiri bahwa aku sungguh merindukannya.
“ ndra, mama boleh masuk “ terdengar suara mama dari luar kamarku
“ iya ma masuk aja nggak dikunci “
Mama masuk dan duduk ditepi tempat tidurku, sedangkan aku masih berbaring ditempat tidurku.
“ kenapa sie kayaknya lesu banget, kamu sakit ? “ tanya mama khawatir
“ nggak kok ma, mumpung libur, jadi mau males-malesan aja “ jawab ku
“ Gina udah lama ya nggak kesini ya ? jadi, kangen mama “ ujar mama
Mamapun rindu padanya apalagi aku, rasanya ingin aku menemuinya dan melepaskan semua kerinduan yang sungguh menyiksa ini.
“ mungkin dia lagi liburan sama keluarganya ma “ jawabku tak bersemangat.
“ oh ya, lusakan kamu ulang tahun. Kalo bisa ajak Gina kesini ya kita makan malam bareng. Mama mau nyiram tanaman dulu ya ” ujar mama sembari beranjak meninggalkan kamarku.
Aku lupa bahwa sebentar lagi aku ulang tahun, apa aku bisa membawa Gina kesini dan mengajaknya makan malam bersama. Tak sanggup rasanya mendengar penolakkan yang hanya menambah sakit dihati ini.
Mengapa semua ini harus terjadi ? Mengapa aku harus jatuh cinta padanya ? Apakah semua yang telah aku lakukan selama ini salah ? Aku tak mungkin menyalahkan rasa ini sebab rasa ini pernah membuat ku tersenyum bahagia walaupun kini membuat ku merasakan kekecewaan yang tak pernah aku bayangkan. Tapi mengapa sampai saat ini aku masih merindukannya, masih mengharapkan dia ada disini bersamaku, seperti hari kemarin. Mengapa hingga saat ini aku tak bisa membencinya ? Aku tak mampu untuk marah akan semua perlakuannya terhadapku, walaupun itu sangat menyakitkan. Mungkin karena rasa ini mampu menghapus semua rasa kebencian ku terhadap perlakuannya padaku.

Hari ini aku memenuhi permintaan mama untuk mengundang Gina diacara makan malam nanti. Dan rasa rindu yang tak dapat kubendung lagi, setidaknya aku bisa melihatnya, mendengar suaranya atau sekedar melihatnya dari kejauhan. Aku pun tak yakin akan hal yang aku lakukan ini, tapi rasa rinduku mengalahkan logika ku. Dengan perasaan tak menentu aku melangkah kerumah Gina, berharap bisa bertemu dengannya walaupun aku tau ini akan lebih menyakitkan ku.
“ assalammualaikum “ ujarku
“ waalaikummussalam “ jawab seseorang, tak lama keluarlah Ibu Gina.
“ eh indra, cari Gina ya ? Ginanya baru aja keluar “ ujar ibunya
“ kalo saya boleh tau dengan siapa tante ?” tanyaku penuh seledik
“ tante juga nggak tau, baru pertama kali tante liat. Kalo nggak salah namanya Tomi “
Aku hanya diam mendengar penjelasan dari ibunya, otakku tak dapat kutahan untuk terus berpikir dan menebak siapakah laki-laki itu ? Tak berlama-lama aku langsung berpamitan meninggalkan rumah Gina. Sesampai dirumah aku langsung masuk kedalam kamar, tak ku hiraukan mama dan yang lain memanggilku. Kini yang kuinginkan sendiri, mungkin ini akan membuatku lebih baik setelahnya, walaupun aku sendiri tak dapat memastikannya.
Tuhan mengapa kau anugerah cinta jika hanya membuatku terluka ? aku tau Cinta adalah anugerah Mu yang terindah, tapi cinta ini pula yang membuatku menangis dan cinta ini pula yang membuatku seakan tak ingin melihat hari esok. Andai aku bisa memutar kembali waktu, tak kan kubiarkan hatiku jatuh padanya, tak kan kubiarkan dia menghancurkan hatiku seperti ini. Dulu, cinta mampu membuatku tersenyum bahagia, membuat hari-hariku cerah seakan mendung tak akan pernah datang, dan dulu, cinta ini mampu menguatkanku. Dulu, Senyummu menjadi sebuah semangat untuk ku, suaramu seperti kicauan burung yang memeriahkan pagiku. Tapi kini semuanya terasa sangat menyakitkan. Sekarang, ketika mengingatnya semua terasa sangat menyakitkan. Dan mungkin hingga kini, kau tak tau seberapa dalam rasa ini untukmu, dan mungkin kaupun tak akan pernah terpikir jika rasa yang kubina untukmu, kini telah menghancurkan aku.
Tak terasa air mataku mengalir, aku tau ini adalah hal bodoh. Tapi sakit yang kurasa saat, tak dapat kuucapkan dengan mulutku, kemarahan ku tak dapat kuluapkan. Hanya air mata yang mampu mengatakan apa yang mulut ku tak sanggup katakan. Dan kini, penyesalan semua tak berarti apapun. Karena bagaimanpun kini kau melukai hatiku, aku tak bisa membencimu, Gina. Hatiku selalu menemukan alasan untuk memaafkanmu. Walaupun hati ini telah kau sakiti.
Tok....tok...tok..
Ketukan pintu membuatku kembali kedunia ini, aku menghapus air mataku dan bergegas membuka pintu.
“ surprise...... “ teriak Kak Adel, Yogi serta ada mama dan papa yang tersenyum kepadaku.
“ happy birthday ndra “ ujar kak adel memberiku selamat sambil memelukku. Kemudian bergantian dengan Yogi, papa dan mama.
“ kita punya satu surprise lagi buat elo “ ujar kak Adel

“ happy birthday to you happy birthday to you “ seseorang menyanyikan lagu itu, aku kenal suara ini. Suara yang aku rindukan kehadirannya, suara yang selalu kunantikan setiap harinya.
Gina, kini dia berdiri didepanku sambil membawakan kue. Dia tersenyum kearahku, senyumannya masih sama. Dia tersenyum seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Apa maksud semua ini ?
“ tiup donk lilinnya “ ujar Gina padaku
Rasanya aku ingin langsung bertanya padanya, apa maksud semua ini ? tapi aku tak bisa melakukannya didepan keluargaku. Gina benar-benar hebat, dia melakukan semua ini seperti tak pernah terjadi apa-apa antara kami. Gina asyik berkumpul dengan keluarga ku, sedangkan aku hanya diam memperhatikannya. Semua menikmati pesta kecil ini. Tak tahan dengan semua ini, terlalu banyak pertanyaan yang tak bisa aku jawab, jika aku hanya diam seperti ini.
Aku menghampiri Gina yang sedang asyik bercanda dengan Yogi. Aku langsung menarik tangannya, Yogi tampak kaget melihat tingkahku. Gina berusaha mengikuti langkahku. Aku membawanya ke teras belakang rumahku, menjauh dari semuanya.
“ kenapa sie lo ?” tanyanya saat aku melepaskan tangannya
“ maksud lo apa ?” tanyaku kesal
“ maksud apaan ?” tanyanya berlagak bingung
“ nggak usah berlagak bego, elo lebih tau dari pada gue “
“ apaan yang gue tau ? udah akh, gue mau masuk. Nggak enak sama yang laen “ ujarnya melangkah meninggalkanku.
“ elo bilang kita putus, tapi kenapa elo ada disini seolah-olah nggak pernah terjadi apa-apa diantara kita “ tanyaku yang menghentikan langkahnya.
Gina menoleh kearahku kemudian berjalan mendekatiku. Aku tertunduk, aku merasa dipermainkan oleh Gina. Jika memang dia tak mencintaiku lagi, tak perlu seperti ini. Karena dengan sandiwaranya ini hatiku semakin tersakiti. Tak terasa air mataku terjatuh, aku merasa harga diriku telah dilukainya. Gina menghampiriku dan menghapus air mataku.
“ cowok kok, cengeng sie. Maafin gue ya, gue sayang sama lo. Jadi, nggak mungkin gue mutusin elo dengan alasan kayak gitu “
Aku semakin tak mengerti dengan semua ini, ataukah ini hanya sebuah permainan Gina. Sebuah jebakan yang dia buat dan berakhir hari ini.
“ Gina nggak salah, kakak yang punya ide “ ujar kak Adel yang muncul dari dalam rumah.
“Kita berhasil Gin. Kakak nggak nyangka elo bisa ketipu sama kita. hahaha “ ujar Kak Adel, dan Gina hanya menahan tawa
Jadi, aku benar-benar dipermainkan oleh mereka. Oh Tuhan, aku benar-benar bodoh, bisa masuk kedalam jebakan mereka.
“ jadi, kalian semua kerja sama, buat.. “ aku seakan tak percaya, melihat semua menyinggungkan senyum kemenangan. Aku benar-benar merasa bodoh dihadapan mereka.
“ dan elo jadi pemeran utama dari permainan ini ? “ tanyaku pada Gina, Gina berjalan mundur menghindariku. 
“ gue, Cuma disuruh kak Adel. Kitakan mau kasih kejutan ke elo “ ujar Gina membela diri.
“ nggak ada cara lain “ ujarku
“ nggak, hahhaha “ ujar Gina tertawa, sambil berlari menjauh dariku dan aku mengejarnya.
Walaupun aku merasa seperti orang bodoh yang dengan mudahnya masuk kedalam jebakan mereka, tapi aku bersyukur karena semua ini hanya sandiwara. Aku merasa menjadi orang paling tolol dan paling bahagia hari ini. Tolol karena dengan bodohnya aku masuk kedalam permainannya dan bahagia karena semua ini bukan kenyataan.
“ ampun-ampun ” ujarnya padaku dan berhenti kelelahan. Aku menghampirinya.
“ awas kalo elo berani kayak gini lagi “

Tak terasa liburan akhir semester telah berakhir, hari ini kami beraktifitas seperti biasa. Diawal minggu kami selalu mengikuti upacara bendera pada hari senin. Sepanjang ucapara aku sama sekali tak mengikuti dengan baik, aku hanya memperhatikan Gina yang sibuk bercerita dengan teman-temannya, seolah mereka tak memiliki banyak waktu untuk berbagi cerita. Sesekali Gina melihat kearah ku yang terus memperhatikannya, Gina melemparkan senyuman kepada tanda bahwa diapun menyadari kehadiranku disana.
“ baiklah pada semester ini, kampus kita telah melakukan pertukaran pelajar dengan salah satu universitas. mereka adalah Dion saputra dan Laura Anggraini Basuki “ terdengar suara pak Indarto yang hari ini bertugas menjadi inspektur upacara.
Tunggu dulu, Laura Anggraini Basuki. Sepertinya nama itu tak asing bagiku, dan saat aku memastikannya. Benar itu adalah Laura yang aku kenal, mengapa dia bisa ada disini ? apa pertukaran pelajar ? apa ini masuk akala ? dan siapa disampingnya wajah dan senyum itu tak asing bagiku. Belum tersadar aku dari keterkejutan ini, saat aku mneoleh kearah gina, Gina tampak melampaikan tangannya pada lelaki itu. Aku berusaha mengingat siapa laki-laki itu, dimana aku pernah bertemu dengannya ? sekarang, apa lagi yang akan terjadi ?
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management