waaaahhh, udah lama banget nggak posting, soalnya kemarin blognya sempet nggak bisa dibuka karena terlalu lama ane abaikan. tapi sekarang ane balik lagi, mulai sekarang ane bakalan lebih rajin lagi. selamat membaca ya, cerita udah hampir selesai nie. pantengin terus ya
Aku tak
menghiraukan ucapan Gina, mobil kami terus melaju. Apa maksud Gina dengan semua
ini, tiba-tiba mengatakan ingin putus tanpa alasan. Atau ini hanya kerjaan
isengnya saja. Aku tak bisa menerkanya.
Sepanjang
perjalan kami hanya terdiam, aku tak berani untuk memulai berbicara. Aku takut
Gina benar-benar akan meninggalkanku, walaupun aku tak tau apa alasannya hingga
Gina seperti ini. Kenapa aku menjadi pengecut seperti ini ? mungkin memang ada
hal yang harus diselesaikan antara kami. Dan semoga ini bukan akhir dari sebuah
kisah yang baru berjalan ini. Aku menghentikan mobilku dipinggir jalan yang
tampak sepi.
“ kalo emang
elo mau kita putus, seenggaknya elo jelasin ke gue apa masalahnya “ ujarku
setenang mungkin.
“ gue bosen
jalan sama lo “ ucap Gina santai seakan dia tak menyakiti siapapun dengan
berkata begitu
“ bosen ? “ tanyaku kembali seakan tak percaya
dengan alasannya untuk mengakhiri hubungan ini.
“ kurang
jelas, perlu gue ulangi “ ujarnya
“ ok, kalo
itu mau elo. Tapi biarin gue nganter elo sampe rumah “ ujarku
Aku kembali
menyalakan mobil, ini sungguh perjalan yang tak pernah terbayangkan olehku. Aku
tak menyangka rasa yang pertama kali muncul saat aku melakukan perjalanan
bersamanya, harus berakhir disaat seperti ini juga. Tak satu katapun keluar
dari mulutku, ingin rasanya aku mempertanyakan alasan yang diberikannya, alasan
yang terasa terlalu dibuat-buat. Tapi aku tak mampu melakukannya, aku takut
akan lebih melukai hatiku.
Perjalanan
yang panjang ini akhirnya berakhir. Gina mengucapkan terima kasih ketika sampai
dirumahnya. Aku tak sanggup melihatnya lagi saat ini, terlalu sakit rasanya
jika harus melihat senyumnya. Aku langsung menyalakan mobilku dan kembali
kerumah.
Hari-hari
berikut berjalan begitu lambat, aku benar-benar merindukannya. Merindukan Gina,
walaupun sangat sakit, ketika mengingat alasan yang dilontarkannya padaku, tapi
aku tak dapat memungkiri bahwa aku sungguh merindukannya.
“ ndra, mama
boleh masuk “ terdengar suara mama dari luar kamarku
“ iya ma
masuk aja nggak dikunci “
Mama masuk
dan duduk ditepi tempat tidurku, sedangkan aku masih berbaring ditempat
tidurku.
“ kenapa sie
kayaknya lesu banget, kamu sakit ? “ tanya mama khawatir
“ nggak kok
ma, mumpung libur, jadi mau males-malesan aja “ jawab ku
“ Gina udah
lama ya nggak kesini ya ? jadi, kangen mama “ ujar mama
Mamapun
rindu padanya apalagi aku, rasanya ingin aku menemuinya dan melepaskan semua
kerinduan yang sungguh menyiksa ini.
“ mungkin
dia lagi liburan sama keluarganya ma “ jawabku tak bersemangat.
“ oh ya,
lusakan kamu ulang tahun. Kalo bisa ajak Gina kesini ya kita makan malam
bareng. Mama mau nyiram tanaman dulu ya ” ujar mama sembari beranjak
meninggalkan kamarku.
Aku lupa
bahwa sebentar lagi aku ulang tahun, apa aku bisa membawa Gina kesini dan
mengajaknya makan malam bersama. Tak sanggup rasanya mendengar penolakkan yang
hanya menambah sakit dihati ini.
Mengapa
semua ini harus terjadi ? Mengapa aku harus jatuh cinta padanya ? Apakah semua
yang telah aku lakukan selama ini salah ? Aku tak mungkin menyalahkan rasa ini
sebab rasa ini pernah membuat ku tersenyum bahagia walaupun kini membuat ku
merasakan kekecewaan yang tak pernah aku bayangkan. Tapi mengapa sampai saat
ini aku masih merindukannya, masih mengharapkan dia ada disini bersamaku,
seperti hari kemarin. Mengapa hingga saat ini aku tak bisa membencinya ? Aku
tak mampu untuk marah akan semua perlakuannya terhadapku, walaupun itu sangat
menyakitkan. Mungkin karena rasa ini mampu menghapus semua rasa kebencian ku
terhadap perlakuannya padaku.
Hari ini aku
memenuhi permintaan mama untuk mengundang Gina diacara makan malam nanti. Dan
rasa rindu yang tak dapat kubendung lagi, setidaknya aku bisa melihatnya, mendengar
suaranya atau sekedar melihatnya dari kejauhan. Aku pun tak yakin akan hal yang
aku lakukan ini, tapi rasa rinduku mengalahkan logika ku. Dengan perasaan tak
menentu aku melangkah kerumah Gina, berharap bisa bertemu dengannya walaupun
aku tau ini akan lebih menyakitkan ku.
“
assalammualaikum “ ujarku
“ waalaikummussalam
“ jawab seseorang, tak lama keluarlah Ibu Gina.
“ eh indra,
cari Gina ya ? Ginanya baru aja keluar “ ujar ibunya
“ kalo saya
boleh tau dengan siapa tante ?” tanyaku penuh seledik
“ tante juga
nggak tau, baru pertama kali tante liat. Kalo nggak salah namanya Tomi “
Aku hanya
diam mendengar penjelasan dari ibunya, otakku tak dapat kutahan untuk terus
berpikir dan menebak siapakah laki-laki itu ? Tak berlama-lama aku langsung
berpamitan meninggalkan rumah Gina. Sesampai dirumah aku langsung masuk kedalam
kamar, tak ku hiraukan mama dan yang lain memanggilku. Kini yang kuinginkan
sendiri, mungkin ini akan membuatku lebih baik setelahnya, walaupun aku sendiri
tak dapat memastikannya.
Tuhan mengapa
kau anugerah cinta jika hanya membuatku terluka ? aku tau Cinta adalah anugerah
Mu yang terindah, tapi cinta ini pula yang membuatku menangis dan cinta ini
pula yang membuatku seakan tak ingin melihat hari esok. Andai aku bisa memutar
kembali waktu, tak kan kubiarkan hatiku jatuh padanya, tak kan kubiarkan dia
menghancurkan hatiku seperti ini. Dulu, cinta mampu membuatku tersenyum
bahagia, membuat hari-hariku cerah seakan mendung tak akan pernah datang, dan
dulu, cinta ini mampu menguatkanku. Dulu, Senyummu menjadi sebuah semangat untuk
ku, suaramu seperti kicauan burung yang memeriahkan pagiku. Tapi kini semuanya
terasa sangat menyakitkan. Sekarang, ketika mengingatnya semua terasa sangat
menyakitkan. Dan mungkin hingga kini, kau tak tau seberapa dalam rasa ini
untukmu, dan mungkin kaupun tak akan pernah terpikir jika rasa yang kubina
untukmu, kini telah menghancurkan aku.
Tak terasa
air mataku mengalir, aku tau ini adalah hal bodoh. Tapi sakit yang kurasa saat,
tak dapat kuucapkan dengan mulutku, kemarahan ku tak dapat kuluapkan. Hanya air
mata yang mampu mengatakan apa yang mulut ku tak sanggup katakan. Dan kini,
penyesalan semua tak berarti apapun. Karena bagaimanpun kini kau melukai hatiku,
aku tak bisa membencimu, Gina. Hatiku selalu menemukan alasan untuk
memaafkanmu. Walaupun hati ini telah kau sakiti.
Tok....tok...tok..
Ketukan
pintu membuatku kembali kedunia ini, aku menghapus air mataku dan bergegas
membuka pintu.
“
surprise...... “ teriak Kak Adel, Yogi serta ada mama dan papa yang tersenyum
kepadaku.
“ happy birthday
ndra “ ujar kak adel memberiku selamat sambil memelukku. Kemudian bergantian
dengan Yogi, papa dan mama.
“ kita punya
satu surprise lagi buat elo “ ujar kak Adel
“ happy
birthday to you happy birthday to you “ seseorang menyanyikan lagu itu, aku
kenal suara ini. Suara yang aku rindukan kehadirannya, suara yang selalu
kunantikan setiap harinya.
Gina, kini
dia berdiri didepanku sambil membawakan kue. Dia tersenyum kearahku,
senyumannya masih sama. Dia tersenyum seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa di
antara kami. Apa maksud semua ini ?
“ tiup donk
lilinnya “ ujar Gina padaku
Rasanya aku
ingin langsung bertanya padanya, apa maksud semua ini ? tapi aku tak bisa
melakukannya didepan keluargaku. Gina benar-benar hebat, dia melakukan semua ini
seperti tak pernah terjadi apa-apa antara kami. Gina asyik berkumpul dengan
keluarga ku, sedangkan aku hanya diam memperhatikannya. Semua menikmati pesta
kecil ini. Tak tahan dengan semua ini, terlalu banyak pertanyaan yang tak bisa
aku jawab, jika aku hanya diam seperti ini.
Aku
menghampiri Gina yang sedang asyik bercanda dengan Yogi. Aku langsung menarik
tangannya, Yogi tampak kaget melihat tingkahku. Gina berusaha mengikuti
langkahku. Aku membawanya ke teras belakang rumahku, menjauh dari semuanya.
“ kenapa sie
lo ?” tanyanya saat aku melepaskan tangannya
“ maksud lo
apa ?” tanyaku kesal
“ maksud
apaan ?” tanyanya berlagak bingung
“ nggak usah
berlagak bego, elo lebih tau dari pada gue “
“ apaan yang
gue tau ? udah akh, gue mau masuk. Nggak enak sama yang laen “ ujarnya
melangkah meninggalkanku.
“ elo bilang
kita putus, tapi kenapa elo ada disini seolah-olah nggak pernah terjadi apa-apa
diantara kita “ tanyaku yang menghentikan langkahnya.
Gina menoleh
kearahku kemudian berjalan mendekatiku. Aku tertunduk, aku merasa dipermainkan
oleh Gina. Jika memang dia tak mencintaiku lagi, tak perlu seperti ini. Karena
dengan sandiwaranya ini hatiku semakin tersakiti. Tak terasa air mataku
terjatuh, aku merasa harga diriku telah dilukainya. Gina menghampiriku dan menghapus
air mataku.
“ cowok kok,
cengeng sie. Maafin gue ya, gue sayang sama lo. Jadi, nggak mungkin gue mutusin
elo dengan alasan kayak gitu “
Aku semakin
tak mengerti dengan semua ini, ataukah ini hanya sebuah permainan Gina. Sebuah
jebakan yang dia buat dan berakhir hari ini.
“ Gina nggak
salah, kakak yang punya ide “ ujar kak Adel yang muncul dari dalam rumah.
“Kita
berhasil Gin. Kakak nggak nyangka elo bisa ketipu sama kita. hahaha “ ujar Kak
Adel, dan Gina hanya menahan tawa
Jadi, aku
benar-benar dipermainkan oleh mereka. Oh Tuhan, aku benar-benar bodoh, bisa masuk
kedalam jebakan mereka.
“ jadi,
kalian semua kerja sama, buat.. “ aku seakan tak percaya, melihat semua
menyinggungkan senyum kemenangan. Aku benar-benar merasa bodoh dihadapan
mereka.
“ dan elo
jadi pemeran utama dari permainan ini ? “ tanyaku pada Gina, Gina berjalan
mundur menghindariku.
“ gue, Cuma
disuruh kak Adel. Kitakan mau kasih kejutan ke elo “ ujar Gina membela diri.
“ nggak ada
cara lain “ ujarku
“ nggak,
hahhaha “ ujar Gina tertawa, sambil berlari menjauh dariku dan aku mengejarnya.
Walaupun aku
merasa seperti orang bodoh yang dengan mudahnya masuk kedalam jebakan mereka,
tapi aku bersyukur karena semua ini hanya sandiwara. Aku merasa menjadi orang
paling tolol dan paling bahagia hari ini. Tolol karena dengan bodohnya aku
masuk kedalam permainannya dan bahagia karena semua ini bukan kenyataan.
“
ampun-ampun ” ujarnya padaku dan berhenti kelelahan. Aku menghampirinya.
“ awas kalo
elo berani kayak gini lagi “
Tak terasa
liburan akhir semester telah berakhir, hari ini kami beraktifitas seperti
biasa. Diawal minggu kami selalu mengikuti upacara bendera pada hari senin.
Sepanjang ucapara aku sama sekali tak mengikuti dengan baik, aku hanya
memperhatikan Gina yang sibuk bercerita dengan teman-temannya, seolah mereka
tak memiliki banyak waktu untuk berbagi cerita. Sesekali Gina melihat kearah ku
yang terus memperhatikannya, Gina melemparkan senyuman kepada tanda bahwa
diapun menyadari kehadiranku disana.
“ baiklah
pada semester ini, kampus kita telah melakukan pertukaran pelajar dengan salah
satu universitas. mereka adalah Dion saputra dan Laura Anggraini Basuki “
terdengar suara pak Indarto yang hari ini bertugas menjadi inspektur upacara.
Tunggu dulu,
Laura Anggraini Basuki. Sepertinya nama itu tak asing bagiku, dan saat aku
memastikannya. Benar itu adalah Laura yang aku kenal, mengapa dia bisa ada
disini ? apa pertukaran pelajar ? apa ini masuk akala ? dan siapa disampingnya
wajah dan senyum itu tak asing bagiku. Belum tersadar aku dari keterkejutan
ini, saat aku mneoleh kearah gina, Gina tampak melampaikan tangannya pada
lelaki itu. Aku berusaha mengingat siapa laki-laki itu, dimana aku pernah
bertemu dengannya ? sekarang, apa lagi yang akan terjadi ?



20.36
ikha..
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar