Sesaat
setelah upacara selesai, aku berencana menemui Gina dikelasnya. Tapi niat ku
terhalang dengan datangnya Laura.
“ hey Ndra,
nggak nyangka gue, akhirnya bisa satu kampus sama lo ? satu jurusan lagi ? kayaknya
kita emang jodoh “ ujar Laura
Apa,
berjodoh ? apa dasar menyebut kita berjodoh ? aku tau semua ini pasti sudah kau
rencanakan dengan baik Laura, Ujarku dalam hati. Di kejauhan aku melihat Gina
sedang asyik dengan laki-laki yang baru saja diperkenalkan sebagai salah satu
mahasiswa yang mendapatkan pertukaran pelajar kesini. Mereka tampak akrab,
mereka berjalan kearahku, dan aku menantikan itu. Sepertinya Gina terlalu asyik
sehingga tak menyadari kehadiranku. Aku benci seperti ini.
Apa, dia
melewatiku begitu saja ? tanpa menoleh sedikit pun ? ini sungguh tak bisa aku
terima, aku terlupakan begitu saja, saat dia bersama laki-laki itu. Akh..
akhirnya aku ingat laki-laki itu. Dia adalah laki-laki yang menolong Gina
ketika dia dikerjai Laura dipesta Sisil.
Aku
benar-benar tak tenang dengan kejadian hari ini, seharian ini Gina tak
menghubungiku atau sekedar sms. Apa istimewanya laki-laki itu ? ini tak bisa
dibiarkan begitu saja. Aku memutuskan untuk menghubunginya, satu kali, dua kali
tak ada jawaban. Kemana anak itu ? jika yang ketiga kali ini masih juga tak ada
jawaban, selamanya aku tak akan menghubunginya lagi.
“ halo “
diangkat, tapi ini bukan suara Gina
“ in hp Gina
kan ? “ tanya ku
“ iya ndra, tapi
Gina nya keluar. Hp nya ketinggalan dikamar, tadi dia keluar sama Dion. Ada
pesen nggak ? “ jelas Mira
“ nggak ada
ra, makasih ya “
Kemana anak
itu ? dia benar-benar mau mati. Apa nggak bosen seharian bersama dia ? apa Gina
lupa bahwa ada aku disini ? jika ini terus berlanjut aku bisa mati kesal oleh
Gina.
Sekita jam 9
malam, handphone ku berdering, ada panggilan masuk. Saat kulihat ternyata Gina,
sepertinya Mira memberitahunya jika aku tadi menelpon.
“ maaf ndra
tadi hp gue ketinggalan, ada apa ? “ ujarnya polos
“ nggak ada
apa-apa, Cuma mau mastiin aja elo masih inget nggak sama gue. udah ya gue
ngantuk “ aku langsung memutuskan pembicaraan dan menutup telepon.
****
“ selamat pagi “ sapa Gina, saat aku keluar
asrama. Tampaknya dia sengaja menungguku disini. Sepanjang perjalanan menuju
kampus, kami hanya diam. Aku tak berniat untuk memulai pembicaraan, karena aku
masih kesal pada Gina.
“ semalem
kok langsung ditutup telponnya, padahalkan gue mau cerita “ ujar Gina
memecahkan keheningan.
“ gue
ngantuk “ jawab ku singkat
“ jutek amat
sie, masih pagi ni. Padahal gue lagi seneng banget nie, soalnya gue nggak
nyangka Dion pindah kesini. Terus
kemaren dia ngomong, emang sengaja ikut program ini, biar bisa satu kampus sama
gue.“ celoteh Gina, aku hanya diam dan tak berniat menanggapi pembicaraannya.
“ Gina “
seseorang memanggilnya, saat aku menoleh ternyata Dion. Aku menoleh kearah
Gina. Kulihat dia tampak senang dengan kehadiran Dion, Dion menghampiri kami.
“ gue tadi
keasrama elo, eh elonya udah pergi “
“ kenapa
nggak ngomong kalo mau berangkat bareng ? “ sahut Gina
Aku muak
melihat tingkah mereka berdua, lebih baik aku jalan sendirian saja. Dari pada
harus melihat tingkah mereka.
“ indra,
tunggu “ teriak Gina, tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus berjalan, aku tak
pernah berharap hari ini diawali dengan sesuatu yang akan merusak mood ku
sepanjang hari. Kemudian aku merasakan
ada yang memegang bahuku, ketika aku menoleh ternyata Gina. Dia tampak
kehabisan napas karena mengejarku.
Dikantin
kampus, Gina masih tampak ngos-ngosan akibat mengejarku tadi. Gina mengatur napasnya
agar kembali normal. Aku hanya diam.
“ kenapa si
ndra ? kan nggak enak sama Dion, kalo elo main pergi gitu aja. Seolah-olah dia
ganggu elo banget “ ujar Gina
“ emang dia
menganggu, baru satu hari dia disini elo udah nggak liat kalo gue ada didepan
elo. Gimana kalo sebulan, atau setahun. Bisa-bisa elo lupa sama gue “ sahutku
datar.
“ maksudnya,
nggak lihat gimana ? “
“ udah lah
nggak usah dibahas “ aku berdiri bersiap meninggalkan Gina, tapi tiba-tiba Gina
sudah berdiri dihadapanku menghalangi langkah ku.
“ bukannya
elo, yang kayaknya seneng banget tuh cewek pindah kesini. mata elo aja sampe mau
keluar ngeliat dia “ ujar Gina dengan sinisnya
“ ini karena
elo nggak suka sama Laura atau cemburu “ ujarku sambil duduk kembali dikursi
kantin
“ elo
sendiri ? elo emang nggak suka sama Dion atau cemburu “ sahut Gina yang kembali
duduk didepanku.
“ kenapa
nanya balik ? “
“ emang ada
peraturannya, nggak boleh nanya balik ? “ Gina membuang muka, aku hanya menahan
tawa melihatnya.
“ tuh
gebetan elo dateng ? “ ujarnya sambil menunjuk kearah Laura yang berjalan
kearah ku.
“ hai ndra,
gue cariin juga dari tadi ternyata disini “ sapa Laura dengan senyum sumringah,
kemudian Laura duduk didepanku yang secara otomatis membuat Gina harus minggir.
Gina berdiri dan meninggalkanku.
“ sorry ra
gue duluan “ aku meninggalkan Laura dan mengejar Gina
Ternyata
alasan Gina melakukan itu padaku karena dia cemburu pada Laura. Walaupun dia
tak mengatakannya secara langsung tapi kelakukannya telah menjawab semuanya.
Gina memperkenalkan aku pada Dion, ternyata Dion adalah sepupunya. Berarti
selama ini aku seperti orang bodoh, cemburu pada Dion yang terus mendekati
Gina.
Laura yang
terus mencoba mendekatipun, kini tak membuat Gina kesal lagi, sepertinya dia
sudah terbiasa akan keadaan ini. Gina lebih memilih diam dengan kelakuan Laura
yang terus mencoba mendekatiku. Gina mengatakan padaku, apapun yang dilakukan
Laura padaku. selama aku tak menanggapinya, tak akan terjadi apa-apa. Gina
mempercayaiku, aku tak akan menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikannya
padaku. Kehadiran Laura, menjadikan kami saling mempercayai satu sama lain.
Kecurigaan akan hal-hal kecil sekarang semakin berkurang, karena kepercayaan
antar satu sama lain yang semakin kuat.
“ apa bener
Gina pake pelet buat ngadepetin Indra ? “ ujar salah satu anak-anak kampus.
Mereka menghentikan kegiatan bergosipnya saat aku dan Gina lewat.
“ pake pelet
? please deh ! “ ujar Gina kesal, aku hanya tersenyum melihat Gina yang
sepertinya sedikit terusik dengan gosip murahan yang sedang beredar sekarang,
aku yakin yang menyebarkan gosip ini tak lain adalah Laura.
“ Sin, tugas
pak Yusuf udah belum? liat donk “ ujar Gina menghampri Sinta dan lainnya yang
sedang berjalan menuju kelas.
“ nyontek
aja, buat sendiri donk “ ujar ku, Gina hanya menoleh dengan muka sinisnya
padaku.
Orang-orang
disekitar Gina memperhatikan Gina sambil berbisik-bisik, kali ini Gina
sepertinya terusik dengan pandangan yang penuh selidik itu.
“ apa
liat-liat ? mau gue santet ? “ ujar Gina sinis, mendengar ucapan Gina yang tak
bersahabat mereka memilih untuk membubarkan diri.
Sinta, Ria,
Linda dan Mira hanya tertawa melihat tingkah Gina. Sepertinya hanya mereka yang
tak mempercayai gosip itu.
“ kayak udah
alih profesi lo Gin “ ejek Mira yang dilanjutkan dengan gelak tawa yang lain.
“ kayaknya
elo butuh konfrensi pres deh Gin “ goda Linda
“ udah akh,
BT gue “ jawab Gina
“ oii, nyi
Gina pelet “ panggil Dion dari dalam kelas sambil berjalan menghampiri kami.
Aku dan yang lain tertawa mendengar nama Gina yang diganti oleh Dion.
“ ketawa aja
terus “ ujar Gina kesal
Semakin lama
gosip murahan ini semakain menjadi. Walaupun tak seluruhnya mempercayai gosip
murahan ini dan tampaknya Gina tak terlalu terganggu dengan gosip ini. Tapi aku
tak bisa diam begitu saja, Aku mulai gerah dengan tatapan yang penuh selidik
saat aku bersama Gina.
“ ndra “
panggil Lukman teman satu kelasku, sambil berlari kecil kearahku. Sepertinya
dia membawa kabar yang penting. Aku diam menantikan apa yang akan dikatakan
oleh Lukman.
“ Gina ribut
di kantin sama Laura “ ujar Lukman
“ thank’s
man “ Aku langsung berlari menuju kantin
Kantin yang
biasanya sepi sekarang ramai dan sesak, mereka yang sedang menyaksikan keributan
Gina dan Laura. Sepertinya mereka mendapatkan tontonan yang bagus.
“ lo tu
nggak pantes buat Indra, pake pelet aja bangga lo “ caci Laura
“ kenapa elo
sirik ? kalo elo nggak mampu dapetin Indra, terima aja. Nggak usah buat gosip
murahan kayak gini “ sahut Gina tenang, ku urungkan niatku menghampiri mereka.
Sepertinya Gina mampu mengendalikan situasi ini.
Mira, Ria,
Linda, Sinta dan Dion berdiri dibelakang Gina, dengan ekspresi siap perang jika
Laura berani macem-macem pada Gina.
Laura
tersenyum sinis “ apa elo bilang nggak mampu ? elo harusnya ngaca sebelum
ngomong, dari segi apapun elo nggak bisa dibandingin dengan gue “
“ apa yang
harus elo banggain HAH ? “ jawab Gina dengan sedikit membentak
“ kekayaan
bokap lo, kecantikan elo yang semuanya manipulasi “
Laura diam
mendengar ucapan Gina yang sepenuhnya benar, kali ini Laura benra-benar
dipermalukan oleh Gina. Aku berjalan menghampiri Gina, tapi langkahku tertahan
oleh ucapan Laura yang memukul Gina mundur.
“ setidaknya
bokap gue bukan kriminal “ ejek Laura
“ kenapa
diem ? gue rasa tentang elo pake pelet itu bukan gosip. Buktinya bokap elo aja
hampir mau bunuh orang karena masalah sepele. Pasti elo ngikutin jejak bokap
elo kan, karena elo nggak bisa dapetin Indra, elo menghalalkan segala cara
untuk dapetin indra “
Mendengar
ucapan Laura, Gina diam dan menatap Laura tajam. Aku maju untuk mengakhiri
pertengkaran ini, tapi langkahku terdahului oleh Dion.
“ Laura,
sebaiknya jaga mulut lo “ Dion maju membela Gina
“ kenapa lo
? mau belaiin Paman lo. Kayaknya kriminal udah jadi identitas keluarga kalian
ya? Bokap elo terjerat kasus korupsikan ? “ ucap Laura sinis kearah Dion,
membuat Dion diam.
Kali ini
Laura sudah melampuai batas, aku tak bisa hanya diam dan menonton seperti ini.
“ Laura
cukup “ ujarku, aku menarik tangan Gina. Tapi Gina menepisnya.
“ ini nggak
ada hubungannya sama bokap gue, elo nggak tau apa-apa soal bokap gue. sebaiknya
jaga omongan elo. Dan elo nggak perlu bawa-bawa Dion, bokap dia belum tentu
bersalah. Ini masalah gue sama elo, nggak perlu bawa-bawa orang lain “ Gina
tampaknya benar-benar marah. Laura tersenyum sinis menanggapi Gina
“ keluarga
kriminal saling bela “ ujar Laura sinis
“ Laura gue
bilang, CUKUP “ bentakku, sekali lagi aku menarik tangan Gina, tapi Gina
menepisnya. Gina melangkah maju mendekati Laura.
tunggu ya kelanjutannya.............



21.36
ikha..
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar