Kamis, 24 Oktober 2013

cerita cinta part 8

ada yang nungguin lanjutan cerita aku yang kemarin *semoga ada ya. kalo emang ada maaf ya baru bisa update sekarang. ceritanya udah hampir selesai nih, jadi pantengin terus ya.
Sesaat setelah upacara selesai, aku berencana menemui Gina dikelasnya. Tapi niat ku terhalang dengan datangnya Laura.
“ hey Ndra, nggak nyangka gue, akhirnya bisa satu kampus sama lo ? satu jurusan lagi ? kayaknya kita emang jodoh “ ujar Laura
Apa, berjodoh ? apa dasar menyebut kita berjodoh ? aku tau semua ini pasti sudah kau rencanakan dengan baik Laura, Ujarku dalam hati. Di kejauhan aku melihat Gina sedang asyik dengan laki-laki yang baru saja diperkenalkan sebagai salah satu mahasiswa yang mendapatkan pertukaran pelajar kesini. Mereka tampak akrab, mereka berjalan kearahku, dan aku menantikan itu. Sepertinya Gina terlalu asyik sehingga tak menyadari kehadiranku. Aku benci seperti ini.
Apa, dia melewatiku begitu saja ? tanpa menoleh sedikit pun ? ini sungguh tak bisa aku terima, aku terlupakan begitu saja, saat dia bersama laki-laki itu. Akh.. akhirnya aku ingat laki-laki itu. Dia adalah laki-laki yang menolong Gina ketika dia dikerjai Laura dipesta Sisil.
Aku benar-benar tak tenang dengan kejadian hari ini, seharian ini Gina tak menghubungiku atau sekedar sms. Apa istimewanya laki-laki itu ? ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Aku memutuskan untuk menghubunginya, satu kali, dua kali tak ada jawaban. Kemana anak itu ? jika yang ketiga kali ini masih juga tak ada jawaban, selamanya aku tak akan menghubunginya lagi.
“ halo “ diangkat, tapi ini bukan suara Gina
“ in hp Gina kan ? “ tanya ku
“ iya ndra, tapi Gina nya keluar. Hp nya ketinggalan dikamar, tadi dia keluar sama Dion. Ada pesen nggak ? “ jelas Mira
“ nggak ada ra, makasih ya “
Kemana anak itu ? dia benar-benar mau mati. Apa nggak bosen seharian bersama dia ? apa Gina lupa bahwa ada aku disini ? jika ini terus berlanjut aku bisa mati kesal oleh Gina.
Sekita jam 9 malam, handphone ku berdering, ada panggilan masuk. Saat kulihat ternyata Gina, sepertinya Mira memberitahunya jika aku tadi menelpon.
“ maaf ndra tadi hp gue ketinggalan, ada apa ? “ ujarnya polos
“ nggak ada apa-apa, Cuma mau mastiin aja elo masih inget nggak sama gue. udah ya gue ngantuk “ aku langsung memutuskan pembicaraan dan menutup telepon.


****
 “ selamat pagi “ sapa Gina, saat aku keluar asrama. Tampaknya dia sengaja menungguku disini. Sepanjang perjalanan menuju kampus, kami hanya diam. Aku tak berniat untuk memulai pembicaraan, karena aku masih kesal pada Gina.
“ semalem kok langsung ditutup telponnya, padahalkan gue mau cerita “ ujar Gina memecahkan keheningan.
“ gue ngantuk “ jawab ku singkat
“ jutek amat sie, masih pagi ni. Padahal gue lagi seneng banget nie, soalnya gue nggak nyangka Dion pindah kesini.  Terus kemaren dia ngomong, emang sengaja ikut program ini, biar bisa satu kampus sama gue.“ celoteh Gina, aku hanya diam dan tak berniat menanggapi pembicaraannya.
“ Gina “ seseorang memanggilnya, saat aku menoleh ternyata Dion. Aku menoleh kearah Gina. Kulihat dia tampak senang dengan kehadiran Dion, Dion menghampiri kami.
“ gue tadi keasrama elo, eh elonya udah pergi “
“ kenapa nggak ngomong kalo mau berangkat bareng ? “ sahut Gina
Aku muak melihat tingkah mereka berdua, lebih baik aku jalan sendirian saja. Dari pada harus melihat tingkah mereka.
“ indra, tunggu “ teriak Gina, tapi aku tak menghiraukannya. Aku terus berjalan, aku tak pernah berharap hari ini diawali dengan sesuatu yang akan merusak mood ku sepanjang hari.  Kemudian aku merasakan ada yang memegang bahuku, ketika aku menoleh ternyata Gina. Dia tampak kehabisan napas karena mengejarku.
Dikantin kampus, Gina masih tampak ngos-ngosan akibat mengejarku tadi. Gina mengatur napasnya agar kembali normal. Aku hanya diam.
“ kenapa si ndra ? kan nggak enak sama Dion, kalo elo main pergi gitu aja. Seolah-olah dia ganggu elo banget “ ujar Gina
“ emang dia menganggu, baru satu hari dia disini elo udah nggak liat kalo gue ada didepan elo. Gimana kalo sebulan, atau setahun. Bisa-bisa elo lupa sama gue “ sahutku datar.
“ maksudnya, nggak lihat gimana ? “
“ udah lah nggak usah dibahas “ aku berdiri bersiap meninggalkan Gina, tapi tiba-tiba Gina sudah berdiri dihadapanku menghalangi langkah ku.
“ bukannya elo, yang kayaknya seneng banget tuh cewek pindah kesini. mata elo aja sampe mau keluar ngeliat dia “ ujar Gina dengan sinisnya
“ ini karena elo nggak suka sama Laura atau cemburu “ ujarku sambil duduk kembali dikursi kantin
“ elo sendiri ? elo emang nggak suka sama Dion atau cemburu “ sahut Gina yang kembali duduk didepanku.
“ kenapa nanya balik ? “
“ emang ada peraturannya, nggak boleh nanya balik ? “ Gina membuang muka, aku hanya menahan tawa melihatnya.
“ tuh gebetan elo dateng ? “ ujarnya sambil menunjuk kearah Laura yang berjalan kearah ku.
“ hai ndra, gue cariin juga dari tadi ternyata disini “ sapa Laura dengan senyum sumringah, kemudian Laura duduk didepanku yang secara otomatis membuat Gina harus minggir. Gina berdiri dan meninggalkanku.
“ sorry ra gue duluan “ aku meninggalkan Laura dan mengejar Gina
Ternyata alasan Gina melakukan itu padaku karena dia cemburu pada Laura. Walaupun dia tak mengatakannya secara langsung tapi kelakukannya telah menjawab semuanya. Gina memperkenalkan aku pada Dion, ternyata Dion adalah sepupunya. Berarti selama ini aku seperti orang bodoh, cemburu pada Dion yang terus mendekati Gina.
Laura yang terus mencoba mendekatipun, kini tak membuat Gina kesal lagi, sepertinya dia sudah terbiasa akan keadaan ini. Gina lebih memilih diam dengan kelakuan Laura yang terus mencoba mendekatiku. Gina mengatakan padaku, apapun yang dilakukan Laura padaku. selama aku tak menanggapinya, tak akan terjadi apa-apa. Gina mempercayaiku, aku tak akan menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikannya padaku. Kehadiran Laura, menjadikan kami saling mempercayai satu sama lain. Kecurigaan akan hal-hal kecil sekarang semakin berkurang, karena kepercayaan antar satu sama lain yang semakin kuat.
“ apa bener Gina pake pelet buat ngadepetin Indra ? “ ujar salah satu anak-anak kampus. Mereka menghentikan kegiatan bergosipnya saat aku dan Gina lewat.
“ pake pelet ? please deh ! “ ujar Gina kesal, aku hanya tersenyum melihat Gina yang sepertinya sedikit terusik dengan gosip murahan yang sedang beredar sekarang, aku yakin yang menyebarkan gosip ini tak lain adalah Laura.
“ Sin, tugas pak Yusuf udah belum? liat donk “ ujar Gina menghampri Sinta dan lainnya yang sedang berjalan menuju kelas.
“ nyontek aja, buat sendiri donk “ ujar ku, Gina hanya menoleh dengan muka sinisnya padaku.
Orang-orang disekitar Gina memperhatikan Gina sambil berbisik-bisik, kali ini Gina sepertinya terusik dengan pandangan yang penuh selidik itu.
“ apa liat-liat ? mau gue santet ? “ ujar Gina sinis, mendengar ucapan Gina yang tak bersahabat mereka memilih untuk membubarkan diri.
Sinta, Ria, Linda dan Mira hanya tertawa melihat tingkah Gina. Sepertinya hanya mereka yang tak mempercayai gosip itu.
“ kayak udah alih profesi lo Gin “ ejek Mira yang dilanjutkan dengan gelak tawa yang lain.
“ kayaknya elo butuh konfrensi pres deh Gin “ goda Linda
“ udah akh, BT gue “ jawab Gina
“ oii, nyi Gina pelet “ panggil Dion dari dalam kelas sambil berjalan menghampiri kami. Aku dan yang lain tertawa mendengar nama Gina yang diganti oleh Dion.
“ ketawa aja terus “ ujar Gina kesal
Semakin lama gosip murahan ini semakain menjadi. Walaupun tak seluruhnya mempercayai gosip murahan ini dan tampaknya Gina tak terlalu terganggu dengan gosip ini. Tapi aku tak bisa diam begitu saja, Aku mulai gerah dengan tatapan yang penuh selidik saat aku bersama Gina.
“ ndra “ panggil Lukman teman satu kelasku, sambil berlari kecil kearahku. Sepertinya dia membawa kabar yang penting. Aku diam menantikan apa yang akan dikatakan oleh Lukman.
“ Gina ribut di kantin sama Laura “ ujar Lukman
“ thank’s man “ Aku langsung berlari menuju kantin
Kantin yang biasanya sepi sekarang ramai dan sesak, mereka yang sedang menyaksikan keributan Gina dan Laura. Sepertinya mereka mendapatkan tontonan yang bagus.
“ lo tu nggak pantes buat Indra, pake pelet aja bangga lo “ caci Laura
“ kenapa elo sirik ? kalo elo nggak mampu dapetin Indra, terima aja. Nggak usah buat gosip murahan kayak gini “ sahut Gina tenang, ku urungkan niatku menghampiri mereka. Sepertinya Gina mampu mengendalikan situasi ini.
Mira, Ria, Linda, Sinta dan Dion berdiri dibelakang Gina, dengan ekspresi siap perang jika Laura berani macem-macem pada Gina.
Laura tersenyum sinis “ apa elo bilang nggak mampu ? elo harusnya ngaca sebelum ngomong, dari segi apapun elo nggak bisa dibandingin dengan gue “
“ apa yang harus elo banggain HAH ? “ jawab Gina dengan sedikit membentak
“ kekayaan bokap lo, kecantikan elo yang semuanya manipulasi “
Laura diam mendengar ucapan Gina yang sepenuhnya benar, kali ini Laura benra-benar dipermalukan oleh Gina. Aku berjalan menghampiri Gina, tapi langkahku tertahan oleh ucapan Laura yang memukul Gina mundur.
“ setidaknya bokap gue bukan kriminal “ ejek Laura
“ kenapa diem ? gue rasa tentang elo pake pelet itu bukan gosip. Buktinya bokap elo aja hampir mau bunuh orang karena masalah sepele. Pasti elo ngikutin jejak bokap elo kan, karena elo nggak bisa dapetin Indra, elo menghalalkan segala cara untuk dapetin indra “
Mendengar ucapan Laura, Gina diam dan menatap Laura tajam. Aku maju untuk mengakhiri pertengkaran ini, tapi langkahku terdahului oleh Dion.
“ Laura, sebaiknya jaga mulut lo “ Dion maju membela Gina
“ kenapa lo ? mau belaiin Paman lo. Kayaknya kriminal udah jadi identitas keluarga kalian ya? Bokap elo terjerat kasus korupsikan ? “ ucap Laura sinis kearah Dion, membuat Dion diam.
Kali ini Laura sudah melampuai batas, aku tak bisa hanya diam dan menonton seperti ini.
“ Laura cukup “ ujarku, aku menarik tangan Gina. Tapi Gina menepisnya.
“ ini nggak ada hubungannya sama bokap gue, elo nggak tau apa-apa soal bokap gue. sebaiknya jaga omongan elo. Dan elo nggak perlu bawa-bawa Dion, bokap dia belum tentu bersalah. Ini masalah gue sama elo, nggak perlu bawa-bawa orang lain “ Gina tampaknya benar-benar marah. Laura tersenyum sinis menanggapi Gina
“ keluarga kriminal saling bela “ ujar Laura sinis

“ Laura gue bilang, CUKUP “ bentakku, sekali lagi aku menarik tangan Gina, tapi Gina menepisnya. Gina melangkah maju mendekati Laura.

tunggu ya kelanjutannya............. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management