Rabu, 22 September 2010

ini tentang hidup bag 3

Bag 3

Dikelas Dinda masih tampak pucat, dia pun tampak tak bersemangat. Mungkin kondisi tubuhnya belum terlalu sehat untuk kuliah hari ini. Awalnya kami melarangnya untuk kuliah hari ini tapi dinda memaksa untuk tetap kuliah.
Dinda sosok gadis impian, bahkan bukan hanya Laki-Laki yang suka padanya, jujur sebagai wanitapun aku mengaguminya, dia mempunyai semua hal yang harus dimiliki oleh seorang wanita. Akupun terkadang iri melihatnya, tapi semalam akhirnya aku sadar bahwa Dinda hanyalah seorang manusia biasa yang tak layak untuk diirikan.
Dia hanya seorang gadis yang beranjak dewasa, seseorang yang berusaha untuk tetap berjalan dijalan yang ia kehendaki. Dan tak ingin dikasihani oleh siapapun. Aku teringat akan ceritanya semalam mengapa ia sampai bisa pingsan semalam.
Saat semuanya sudha tertidur lelap, tak tau mengapa mataku tak dapat terpejam. Akhirnya kuputuskan untuk membaca buku. Karena terlalu asyik membaca buku tanpa kusadari bahwa Dinda terbangun dari tidurnya dan ketika aku menyadarinya aku melihatnya menangis. Aku menghampirinya.
“ elo kenapa Din?” Tanya ku
Dinda tak menjawab dia hanya diam dan terus menangis, tak lama dari itu Seli dan Fira pun bangun. Mereka memberikan isyarat pertanyaan ada apa dengan Dinda?. Aku hanya mengangkat bahu ku, karena kaupun tak tau mengapa.
    “ din, elo lagi ada masalah ya?” Tanya Seli
    “ din, kalo elo mau cerita, cerita aja sama kita. Walau mungkin nanti kita nggak bisa bantu apa-apa setidaknya ada yang mau dengerin keluhan elo” lanjut Fira

Dinda diam, dia tak menjawab pertanyaan Sely dan Fira. Dia hanya terus menangis, aku yang tepat duduk disebelahnya dapat merasakan kesedihannya. Tangisnya begitu berat, mungkin maslahnya kali ini bukan lagi masalah sepele seperti biasanya. Lama Dinda diam, tiba-tiba dia memelukku sambil terus menangis. Aku terkejut sekali, aku bingung harus gimana. Aku hanya mengelus-elus punggungnya.
    “ kalo elo mau nangis, nangis aja din. Siapa tau bisa mengurangi sedikit beban lo” ujar ku
Cukup lama Dinda menangis, akhirnya dia melepaskan pelukannya padaku dan akhirnya ia mau bercerita dengan kami.
    “ nyokap gue sakit, minggu kemarin sekitar jam 11 malam gue dapet kabar kalo nyokap gue masuk rumah sakit terkena serangan jantung. Gue bingung harus gimana, gue nggak mungkin bisa keluar dijam semalam itu. Besoknya gue kejurusan mau minta surat izin tapi nggak dikasih karena siangnya kita ada kuis. Gue takut kalo gue nggak bisa ketemu nyokap gue lagi, dulu penyakit itu juga udah bawa kakak gue pergi ninggalin gue selama-lamanya, gue nggak mau kali ini terjadi lagi” ujar Dinda panjang Lebar sambil menangis.
    “ masak jurusan nggak ngasih elo izin, apa lagi izinnya karena nyokap lo masuk rumah sakit. Kelewatan bnaget sie?” ujar Fira tampak emosi.
    “ gue nggak bilang kalo nyokap gue sakit, gue nggak mau dikasihani kalo kalian semua tau masalah gue ini” ujar Dinda
Kami kembali terdiam, aku nggak tau apa yang ada didalam pikirannya Dinda situasi udah segawat ini masih aja mikirin gengsi.
    “ udah nggak usah nangis lagi, besok kan kita pulang. Semoga aja ntar nyokap elo udah baikkan” ujar ku menenangkan.
    “ amin” sahut fira dan sely
Tampak anggukan kepala dari Dinda.
    “ udah yuk, kita tidur ntar besok kesiangan lagi” ajak Sely

Walau aku nggak tau gimana rasanya punya seorang ayah apa lagi dia sedang sakit atau apalah musibah yang menimpanya. Tapi aku tau bagaimana rasanya ketika kita mengkhawatirkan orang yang kita sayangi yang sedang tertimpa musibah. Walau aku nggak punya orang tua tapi aku masih mempunyai keluarga.

Waktu break makan siang Dinda meminta aku menemaninya meminta izin agar bisa pulang duluan.
    “ maaf pak, saya bisa nggak minta izin untuk pulang lebih awal”
    “ kenapa?” Tanya pak Andre, dia adalah staf asrama kami yang cerewet banget.
    “ mama saya masuk rumah sakit pak. Bisa kan pak?” Dinda memohon dengan wajah penuh harap.
    “ pak tolonglah, kami tidak mungkin berbohong. Nggak mungkin kami berbohong dengan memakai nama orang tua kami sendiri pak!!!!!!!!!” tegas ku.
Pak Andre tampak berpikir, dan akhirnya dia mengluarkan surat izin.
    “ sebelumnya nanti kamu menghadap kemahasiswaan untuk dapat izin lagi” terang pak Andre.
    “ iya pak, terima kasih pak” ujar Dinda sambil tersenyum
Aku hanya membalas kebaikan hati pak Andre kali ini hanya dengan senyum.

Dinda dijemput, kayaknya sie itu pacarnya tapi nggak tau juga. Orang itu nggak mau keluar dari mobil.
    “ makasih ya udah mau bantuin gue, padahal selama ini gue nggak ada baik-baiknya ama kalian” ujar Dinda
    “ namanya aja temen harus saling tolong menolong dong, ya nggak?” ujar Sely kami menjawabnya dengan tersenyum.
    “ kalo ada apa-apa nggak usah sungkan ya ama kita” sambung fira.
    “ thank’s banget, Cuma itu yang bisa gue ucapin saat ini. Gue cabut ya, doain nyokap gue biar cepet sembuh”
    “ pasti” jawab kami bertiga hamper serentak
Kemudian Dinda masuk kedalam mobil, ia melambaikan tangannya pada kami.

Semingu telah berlalu, kini yang aku dengar mamanya Dinda sudah keluar dari rumah sakit dan udah lumayan. Kini aku dengan Dinda berteman, kami mencoba membangun sebuah hubungan baik. Sely pun sudah nggak pernah lagi mengungsi tidur dikamar ku. Bener kata pribahasa Tuhan bisa membolak balikkan hati seseorang seperti menjentikkan jari.

    “ baik lah, ibu hari ini akan membagikan hasil kuis kalian minggu kemarin. Kali nilai tertinggi adalah 95, dan hanya satu orang saja” ujar bu Lusi

Rasanya tak perlu lagi diumumkan siapa orangnya itu, yang selalu mendapat nilai terbesar dikelas ini siapa lagi kalo bukan Sandro.

    “ dia adalah Jeni “
Apa??????? Apa benar yang barusan disebut adalah nama ku. Nggak mungkin, nggak mungkin.
    “ ayo jeni, ambil kertas kamu” ujar bu Lusi
    “ cepetan Jen, ngapain sie lo” ujar Dinda yang duduk disamping ku
Aku berdiri maju kedepan mengambil kertas ujian ku, rasa tak percaya menghampiri ku. Nggak mungkin aku bisa melampaui nilai Sandro. Aku melirik kearah Sandro tampak raut tak senang diwajahnya. Aku kembali ketempat duduk ku.
    “ selamat ya je, akhirnya elo bisa mengalahkan cowok sok itu. Selamet ya” ujar Dinda. Aku hanya tersenyum padanya.
    “ iah je, gue enek liat cowok sok itu, syukurin lo. Emangnya dia kira yang pinter dikelas ini Cuma dia doank”
    “ ok, waktunya break sampai ketemu minggu depan” ujar bu Lusi kemudian keluar dari kelas.
    “ guys…. Berhubung hari ini Jean dapet nilai paling gede dikelas kita. Jadi Jean mau nraktir kalian semua dikantin depan kampus” ujar Dinda
Aku langsung menarik Dinda.
    “ apa-apaan sie lo? Dari mana gue duit buat nraktir mereka” ujar ku
    “ tenang aja lo, biar gue semua yang atur” bisik Dinda padaku
    “ ok guys” ujar Dinda menegaskan sekali lagi.

Aku melihat Sandro terus memandangi ku, tampak raut tak senang itu tambah menjadi sekarang. Aku sendiri takut menatapnya, tapi kenapa aku harus takut? Aku bisa karena usaha ku sendiri. Akhirnya aku membangun kembali kepercayaan diri ku dan mengatakan pada diriku bahwa aku memang pantas mendapatkan ini semua.

Waktu dikantin tadi Cuma sandro yang nggak ada, kayaknya dia kecewa banget. Aku cabut duluan dari kantin soalnya aku harus kejurusan. Nggak lama aku pergi aku liat
 Anak-anak juga keluar dari kantin solanya kita udah hampir masuk. Keluar dari jurusan udah jam satu, bahaya kelas aku udah mulai nie. Aku berlarian menuju kelasku. Sesampainya didepan kelas anak-anak pada duduk diluar kelas.

    “ kenapa lo dikejer setan ?” Tanya Sely
    “ koq belum masuk?” Tanya ku dengan napas nges-ngeson
    “ dosennya nggak masuk, tapi kita nggak boleh balik keasrama”

Kalau tau begini aku nggak perlu lari-lari dari jurusan kekelas, tau tadi aku bisa jalan santai aja.

    “ ngapain lo kejurusan?” Tanya Dinda
    “ dikasih tugas sama pak Sabian, dia besok nggak masuk”
    “ beneran nie? Yes….. bebas donk besog… hahahaaaaa “ ujar Dinda bahagia
    “ udah ah, gue masuk dulu ya” ujar ku sambil melangkah masuk kekelas.

Saat akan masuk didepan pintu kelas aku dihadang oleh Sandro, sepertinya ini bukan pertanda baik.

    “ permisi gue mau lewat” ucapku padanya
    “ kalo gue nggak mau” ujarnya sengak
    “ sorry gue mau lewat” masih dengan sabar aku menghadapinya

Tapi dia menepiskan buku yang aku pegang hingga jatuh dan Sandro mendorong ku untung aku nggak jatuh.

    “ eh anak panti asuhan, elo nggak usah besar kepala. Asal lo tau gue jijik liat lo. Elo kira elo bisa ngalahin gue. Udah Untung masuk kesini, gue bisa aja minta beasiswa elo dicabut. Jadi elo nggak usah bertingkahlah, atau elo udah bosan kuliah disini” cercanya padaku, rasanya sungguh sakit hatiku.

    “ apa salahnya kalo dia anak panti asuhan? Apa dia ganggu lo? Atau dia minta-minta ama lo? Nggak kan?” Dinda langsung menjawab omongan Sandro.

Aku sungguh kaget melihat Dinda membelaku. Nggak tau apa yang aku rasakan saat aku melihat Dinda membelaku, semua mata tertuju pada kami. Kayaknya ini menjadi tontonan untuk yang lain. Tampak tatapan mata yang tajam antara Dinda dan Sandro, yang sebenarnya memang sudah lama bersitegang.

    “ ada apa nie? Ngapain lo belain anak panti asuhan ini? Ohhh……. Elo udah kemakan rayuannya. Bakalan nambah satu lagi orang kampungan dikampus ini” ujar Sandro sengak, akupun geram melihatnya. Aku maju dan ingin mendamprat Sandro, tapi Dinda menghalangi aku.

    “ kenapa kalo gue kemakan rayuan Jeni Elo keganggu? Gue lebih milih kuliah dikampus yang seluruhnya orang kampung kayak jeni atau anak panti asuhan yang elo sebut tadi, dari pada harus sekampus sama orang kayak lo. Dan satu lagi asal lo tao seratus orang kayak lo nggak bakalan gantiin satu orang kayak jeni” ujar Dinda tegas.

Sandro terlihat sangan t tersinggung dengan ucapan Dinda tadi, Sandro nggak bisa ngomong apa-apa lagi dia udah diskak mat oleh Dinda. Tiba-tiba Sandro mau menampar Dinda, aku maju untuk menghalangi, tapi ternyata ada yang menangkap tangan Sandro. Dia adalah Vino. Apa yang terjadi hari ini? Apakah ini tanda-tanda akan kiamat. Kenapa semua orang yang nggak pernah gue sangka-sangka sekarang berlomba-lomba untuk saling melindungi?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management