Ini tentang sebuah kehidupan, tentang sebuah jalan yang dipilih, tentang sebuah perjalanan untuk menemukan jati diri. Semuanya tertulis disini mulai dari tawa
yang tercipta dari sebuah kebahagian, senyuman yang terlahir dari dalam hati yang tulus, dan sebuah tangis yang hadir akibat kesedihan.
Kehidupan yang dijalani tak selamanya mulus dan tak selamanya derita, mereka bercampur menjadi satu terangkai dan tersimpan didalam hati menjadi sebuah kenangan
yang terukir dalam setiap detik, menit dan hari-hari yang dilalui.
Bumi ini selalu berputar di sebagian belahannya malam dan belahannya yang lain siang. Matahari dan bintang tak pernah meninggalkan kita mereka hanya bersembunyi
dibelahan dunia yang lain. Seperti itupun kehidupan selalu berputar kebahagian dan penderitaan tak akan pernah meninggalkan kita selama kita hidup tapi mereka
hanya bersembunyi menunggu kapan mereka akan hadir mewarnai kehidupan kita.
Kami adalah sekumpulan remaja yang mulai beranjak dewasa, yang baru mulai merasakan arti hidup yang sesungguhnya. Mungkin banyak anak seumuran kami mengalami hal
yang kami alami ini, tapi kami berharap cukup kami dan mereka saja dan tak ada yang lain yang merasakannya.
Jika disaat kami akan dilahirkan kami boleh memilih kami tak mau menjadi seperti ini. Tapi ada yang bilang yang menentukan warna dalam kehidupan mu apakah itu
hitam ataupun putih adalah kau sendiri. Jadi kami tak bisa menyalahkan takdir kami ataupun Tuhan. Semua ini terjadi karena pilihan kami, dan kami memilih hidup
seperti ini.
Vino, Sandro, Dinda dan Aku Jeni, kami adalah empat sahabat yang di pertemukan oleh jalan yang kami pilih. Kami adalah mahasiswa, kami satu kampus dan satu
jurusan, kami tinggal diasrama. Disinilah kami mengenal kehidupan, kehidupan yang menurut kami indah dan sejuk tetapi jika hanya dipandang, tapi jika kita
menjalaninya akan terasa bagaikan berjalan diatas ladang duri.
Kalian harus mengingat kami mungkin kami akan jadi salah satu dari sahabat mu ataupun musuh mu. Apapun jadinya kami dihati kalian, kalian harus tetap mengingat
kami.
Persahabatan ini terjadi karena satu kesamaan yaitu sama-sama memilih jalan yang salah dan persahabatan ini berdiri karena adanya perbedaan yang terus memberikan
warna disetiap langkahnya.
Tak ada satupun diantara kami yang berpikir akan menjadi sahabat, jangankan untuk menjadi sahabat untuk Saling sapa satu sama lain pun kami tak pernah. Walaupun
kami satu jurusan bahkan aku dan Dinda yang satu asrama saja tak pernah saling sapa untuk saling tersenyum saja saat bertemu itu tak pernah terjadi.
Dinda adalah seorang anak konglomerat yang dipaksa oleh orang tuanya masuk kesini karena sewaktu SMA kerjaannya hanya hura-hura menghabiskan uang orang tuanya
dan nilainya pun nggak ada yang bener. Aku sering mendengar dia mengeluh ketika menelpon orang tuanya.
“ ma Dinda nggak tahan tinggal disini, dari mulai tempat tidurnya yang nggak nyaman, terus nggak ada AC lagi banyak dech pokoknya. Pokoknya minggu depan Dinda
mau pindah. Dinda bisa gila ma kalo lama-lama disini” ujarnya
Tapi minggu depan dia tetap kembali keasrama dengan muka yang cemberut dan ketika masuk kekamarnya dia akan menghempaskan pintu kamarnya. Selly teman sekamarnya
akhirnya pindah kekamar ku karena tak tahan, Selly kembali kekamarnya hanya untuk mengganti baju atau mengambil buku saja.
Dinda sangat sombong, dia suka meremehkan orang lain. Dinda memang cantik bisa dibilang dia cewek yang paling cantik disini dan dia juga kaya malah sangat kaya,
mungkin uang orang tuanya nggak akan habis sampe tujuh keturunan. Dinda menjadi idaman setiap laki-laki disini, setiap hari ada saja yang menyatakan cinta
padanya tapi tak ada satupun yang diterimanya.
Musuh berat Dinda adalah Sandro, Sandro sama dengan Dinda anak orang kaya, tapi yang membedakan mereka adalah Sandro pintar dan dia masuk kesini karena memang
pilihannya. Sandro adalah Pria idaman setiap wanita (PISW) sedangkan Dinda adalah Perempuan idaman setiap Pria (PISP). Setiap kali bertemu ku pastikan mereka
pasti akan bertengkar. Sifat Sandro dan Dinda tak jauh beda sama-sama keras kepala, sombong dan sok berkuasa itu menurut ku karena mereka merasa orang tua mereka
sanggup membeli apapun termasuk kampus ini.
“ gue heran sama Daniel mau-maunya dia sama cewek yang nggak ada otaknya” ujar Sandro
Sekarang kami lagi dikantin menyaksikan Daniel dengan romantisnya menyatakan cintanya pada Dinda, dan aku tau apa yang akan terjadi.
“ din, aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu. Kamu adalah permaisuri dihatiku, namamu telah terukir didalam hatiku” ujar Daniel merayu sambil duduk
didepan Dinda sambil memegang bunga entah didapatnya dari mana bunga itu.
Dinda membimbing Daniel berdiri, ini agak aneh biasanya Dinda langsung pergi meninggalkan mereka yang artinya dia menolak mereka, tapi ini agak aneh. Dinda
merapikan bajunya Daniel, Daniel tampak senyum-senyum dia sudah tampak sangat percaya bahwa cintanya akan diterima.
“ Dan gue tau seberapa besar cinta elo ke gue, mungkin nggak sama denga cowok- cowok yang pernah nyatain cintanya kegue. Tapi gue rasa gue nggak pantes dapet
cinta elo itu, sorry ya Dan” ujar Dinda menolak dengan kata-kata yang sungguh bijak, entah apa yang dimakannya tadi pagi sehingga kata-katanya hari ini terdengar
sangat menenangkan hati.
“ nggak papa koq Din, gue juga nggak bisa maksain perasaan ini ke elo” ujar Daniel, tampaknya Daniel sungguh beruntung biasanya yang ditolak oleh Dinda pasti
akan mencak-mencak sakit hati karena ditolak mentah-mentah oleh Dinda, tapi walaupun sakit hati mereka tetep aja mengejar Dinda.
Dinda beranjak pergi, dia berjalan lurus hingga berpapasan denga Sandro, Dinda menghentikan langkahnya. Kita lihat saja apa yang akan terjadi.
“ gue Cuma mau kasih tau sama lo kalo gue bukan cewek yang nggak punya otak. Gue rasa elo Cuma ada otak tapi nggak punya hati. Gue rasa itu lebih rendah lagi”
ujar Dinda lembut tapi tetap menyakitkan Sandro tampak sangat geram mendengar omongan Dinda tadi, tapi dia tak dapat berbuat apa-apa karena Dinda telah pergi
meninggalkan dia. Itu lah pertengkaran antara kedua anak orang kaya yang sama-sama menjadi idola disini.
Dari kejauhan tampak Vino yang sedang dijemur dilapangan sambil dikalungi kertas yang dilaminating dan tertulis “SAYA TIDAK DISIPLIN”. Kali ini apa lagi yang
diperbuat oleh ‘trouble maker’ itu yang pasti dia melanggar peraturan disini. Vino benar-benar nakal, setiap hari pasti ada saja ulahnya entah itu datang
terlambat, nggak pakek dasi, ngerokok dilingkungan kampus dan lain sebagainya yang nggak mungkin aku sebutin satu persatu.
Aku rasa nggak ada hal yang ditakuti oleh Vino, nyalinya terlalu besar dan sifatnya yang bebas itu membuat dia sulit untuk beradaptasi dilingkungan seperti ini
lingkungan yang memaksanya untuk mematuhi banyak sekali peraturan. Siapa dikampus ini yang tak mengenalnya, tapi yang buat aku agak salut dengannya adalah walau
dia nakal dan selalu melanggar peraturan tapi dia tak pernah mengusik orang, dia hidup dengan dirinya sendiri dan gayanya sendiri.
Dan aku sendiri adalah seoarang mahasiswa yang tak popular nggak sama dengan Dinda, Sandro ataupun Vino. Mungkin ada atau tidaknya aku tak akan ada yang
menyadarinya. Aku hanya lah seorang anak panti asuhan yang bernasib baik mendapatkan beasiswa untuk kuliah disini, universitas yang cukup favorit.
Aku adalah seorang anak yang tak diharapkan untuk dilahirkan, entah apa yang dipikirkan oleh orang tua ku hingga ditega membuang ku kepanti asuhan, di panti
asuhan ini aku hidup dan dibesarkan. Terkadang tumbuh perasaan iri pada teman-teman ku yang memiliki keluarga yang utuh.
Aku hidup bersama orang-orang yang tidak diharapkan ada didunia ini, kami adalah orang-orang yang tersisihkan karena dosa orang tua kami. Apa salah kami hingga
mereka tega meninggalkan kami seperti ini. Jika suatu saat aku bertemu dengan kedua orang tua ku, aku hanya ingin bertanya pada mereka mengapa mereka tidak
membunuh ku saja sewaktu aku baru lahir atau kenapa aku tak digugurkan saja? Agar aku tak merasakan kehidupan yang kejam ini.



22.24
ikha..
Posted in:
0 komentar:
Posting Komentar