Kamis, 30 September 2010

ini tentang hidup bag 4


Bag 4
          “ sorry bos, jangan kasar sama cewek” ujar Vino semakin membuat Sandro kesal, aku nggak bisa menduga lagi apa yang bakalan terjadi selanjutnya.
          “ ohhh……. Elo juga mau jadi pahlawan kesiangan?”
          “ baru tau lo, ada masalah?” jawab Vino santai

Sandro akhirnya memilih pergi, akh… aku agak lega melihat dia pergi. Ya… setidaknya untuk saat ini nggak bakalan terjadi apa-apa disini.

          “ thank’s” ucap Dinda pada Vino
          “ gue Cuma nggak mau ada hutang budi sama siapapun”

Hutang budi? Maksudnya Vino apaan? Hutang budi sama siapa?

          “ hutang budi?” Dinda bingung
          “ iya, dia kemaren udah bantuin gue dikuis rangkain analog, sekarang gue udah bayar Hutang gue” ujarnya mengalihkan pembicaraan kepada ku. Kemudian pergi.

Sedangkan aku dan Dinda ditinggalkan dengan perasaan kaget dan bingung. Nggak nyangka kalo vino orangnya sedetil itu. Aku nggak nyangka Vino masih inget itu, menurut aku itu hal biasa aja. Toh dia juga sering nyontek ama anak-anak lain. Emang itu pertama kalinya aku nyontekin dia.

Hari terus berlalu, aku dan Dinda semakin akrab sepertinya kami sudah berteman sangat lama dan tak pernah ad aperselihan ataupun jarak sebelumnya. Minggu ini Dinda ulang tahun rencananya aku, seli dan fira mau ngebuat surprise buat Dinda, dan mau ngajak teman-teman satu kelas.

Semuanya rata-rata mau ikut, kecuali yang ada halangan. Tinggal Sandro dan Vino yang belum aku kasih tau. Mungkin mereka udah tau tapi aku belum ngomong langsung kemeraka. Aku menghampiri Sandro yang lagi duduk sendirian ditangga sambil baca buku.

          “ sorry san ganggu” ujar ku

Sandro menghentikan membaca dan menutup bukunya kemudian memandangku dengan padangan yang tidak ramah seperti dia ingin menelan ku hidupp-hidup. Aku diam, sejenak nyali ku menciut untuk mengatakn ini karena aku tau dia pasti menolak tawaran untuk ngerayain ulang tahunnya Dinda.

          “ ada apa?” tanyanya dingin, dingin atau juteknya susah dech bedainnya.
          “ ini, minggu ini kan Dinda ulang tahun” belum selesai aku ngomong udah dipotong olehnya.
          “ apa urusannya sama gue?” tanyanya
          “ mkasud kita mau ngadain acara kecil2an buat dia, elo mau ikutan?”
          “ elo pasti udah tau jawaban gue, sebelum elo kepikiran buat ngajak gue” jawab Sandro agak dengan nada yang tinggi kemudian pergi meninggalkanku.

Akh.. bodohnya aku, mengajak dia. Padahal aku sudah tau apa jawabannya. Bikin malu aja. Tinggal yang terakhir Vino, apa nantinya hasil nggak bakalan beda dengan Sandro ya? Aku takut sendiri. Tapi aku harus tetap melakukannya. Aku hampiri Vino yang sedang berkumpul dengan anak-anak didepan kelas.

          “sorry vin, gue mau ngomong sebentar bisa” ujarku

Tampak wajahnya agak bingung, tapi wajahnya agal sedikit lebih ramah dibandingkan dengan Sandro tadi.

          “ada apa? Tumben?”
          “ ini, minggu ini kan Dinda ulang tahun, jadi rencananya kita mau buatin surprise buat dia. Elo mau ikutan”
          “ kapan?”
Wah… kayaknya tanda positif nie, huh… aku menarik napas panjang dan menghembuskannya setidaknya ini tidak seperti Sandro tadi, walaupun nantinya dia nggak bakalan ikut juga.

          “ minggu, tapi kita kumpul dulu dikampus terus ntar baru berangkat barengan”
          “ ok dech, kalo gue nggak ad akerjaan gue dateng”
          “ usahain ya” ucapku,
Vino tersenyum padaku, lega rasanya. Akhirnya situasi dikampus ini sudha mulai mencair. Yah tinggal si bos besar Sandro aja. Yang masih sok.

Hari minggu sekitar jam 11 semua anak udah kumpul dikampus, kue juga udah dibuat. Akh.. aku harap-harap cemas Vino belum dateng, dia dateng apa nggak ya.
          “ berangkat yuk, ntar kue nya nggak enak lagi nie” ujar selli padaku
          “ bentar lagi dech, 5 menit aja”
          “ emangnya nungguin siapa sie, semuanya kan udah dateng”
Aku terus memandang kearah jalan berharap kedatengan Vino.
          “ ayo cepetan” selli menarik tangan ku
Akupun mengikuti selli, sepertinya aku terlalu banyak berharap siapa tau perkataan kemarin hanyalah basa-basi saja.
Tiba-tiba terdengar suara motor, aku masih berharap tapi aku nggak mau noleh karena takut nanti kecewa.
          “ sorry gue telat, soalnya gue baru kebangun”
Aku kenal suara itu, itu adalah suara Vino. Akh.. betapa senangnya hatiku, akhirnya Vino mau ikut berarti akan ada  lebih banyak lagi perubahan didalam kelas ku yang awalnya tampak begitu kaku.
          “ nggak kok, ini kita mau berangkat “ jawab ku dengan semangat.
Aku sempat menoleh ke teman-teman ku sepertinya mereka tak kalah kagetnya dengan aku.
          “ bagus dech”

Acaranya berlangsung baik, Dinda sampe nangis terharu liat kita kasih supprise ke dia. Aku dna yang lain pun ikut terharu melihat penghargaannya pada kami. Mamanya Dinda kelabakan bingung mau ngasih kami makanan apaan. Terus mamanya nelpon delivery, dan akhirnya kami semua kekenyangan. Pacarnya Dinda juga hadir, tapi tampaknya dia kurang ramah atau emang nggak suka sama kami ya.. nggak tau juga.

          “ thanks bangenya jen. Ini baru pertama kalinya gue dapet surprise party. Padahal gue udh nggak mau lagi ngerayain ulang tahun gue.” Ujar Dinda pada ku
          “ sama-sama din “
Kemudian Dinda berdiri, dan sepertinya ada yang ingin dikatakannya.
          “ mohon perhatiannya sebentar, gue mau bilang thanks banget kalian semua udah mau susah-susah buat ngebuat acara ini, gue bahagia banget” ujar Dinda
Tampak senyum bahagia diwajahnya, dan semua yang hadir.

          “ thanks banget udah mau gabung” aku menghampiri Vino yang asyik dipojokan sendirian.
          “ biasa aja lah, Dinda kan juga temen gue. Lumayanlah bisa makan gratis” jawabnya santai.
          “ gue nggak nyangka elo beneran mau dateng”
Vino hanya menjawab dengan senyuman.
          “ gue juga nggak nyangkan kalo elo bakalan ada di acara surprise party ini. Gue kira elo anti banget sama gue “ sambung Dinda yang tiba-tiba dateng.
          “ emang elo udang apa gue harus anti” jawab Vino
Oooooooo,,,,, ternyata Vino alergi udang, guman ku dalam hati.
          “ hahahaaa… bisa aja lo” Dinda tertawa
Sedangkan Vino hanya tersenyum begitupun aku, tampak suasana akrab. Yang tak pernah terpikirkan sebelumnya antara kami.

Perlahan-lahan akhirnya aku, Dinda dan Vino menjadi seorang teman. Aku benar-benar tidak menyangka akan hal ini. Ternyata Vino anaknya asyik, dia suka banget ngebanyol, mulutnya bener-bener lincah apa lagi kalo udah ngatain orang. Waduh aku dan Dinda aja bisa kalah ama dia.

          “ gue males banget dech mata kuliah ini. Ngantuk gue?” ujar Dinda yang mengeluh tentang mata kuliah yang satu ini.

          “sama gue juga males banget, ngerti juga nggak gue. Banyakin dos ague iya ngeliat dia ngejelasin didepan” sahut Vino, sedangkan aku hanya tersenyum melihat mereka berdua.

Jujur sie sebenernya gue juga gitu, abis dosenny membosankan sangat, serius mulu. Tapi kita suka ledekin cara dosen yang satu ini ngomong. Kalo dia bercerita tentang pengalamannya beliau begitu ekspresip, jadi kami semua bisa tertawa terpingkal2 melihat gayanya. Padahal cerita yang diceritakannya biasa saja tapi ekspresi dan mimic mukanya bener luar biasa. Aku akuin emang beliau pinter banget.

Beliau Cuma lulusan D3, emang bapak ini tergolong muda. Tapi kami tidak tertarik padanya (heheheee). Semuanya kayaknya bisa dilakukannya, dia juga dosen dikampus lain dan dia juga salah satu guru disalah satu SMT di didaerah ini. Ilmunya tetang computer dan tentang IT boleh diacungkan jempol. Salut dech buat beliau.
Satu kebiasaannya yang sering buat kami ketawa sendiri, yaitu: jika ada diantara kami yang salah atau nggak bisa ngerjain tugas yang dia kasih, maka dia akan mengatakan.
          “ addduuuhhh………” sambil menepak dahinya.
Terus ada lagi satu kebiasannya kalo kita nanya karena kita nggak bisa, beliau memang akan mengajarkan kepada kita, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya cukup menyakitkan hati. Oleh karena itu kami jadi males bertanya padanya.

Akh… akhirnya dengan susah payah kamipun bisa menyelasaikan hari yang berat ini. Tapi hari yang berat ini benar-benar meninggalkan hal yang berat juga. Pada mata kuliah yang terakhir tadi, kami ditugaskan untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Dan kelompoknya dibagi dengan cara memilih kertas yang sudah tertulis kita akan berada dikelompok mana. Sesuai absen, diantara aku, Dinda dan Vino yang terlebih dahulu mengambil adalah Dinda. Setelah Dinda maju dia mendapatkan kelompok 3. Kemudian dilanjutkan dengan nomor absen selanjutnya, kelompok 3 baru Dinda sendirian.
          “ Je, pinter2 lo milihnya biar kita satu kelompok” ujar Dinda sebelum aku maju.
          “ mau lo sekelompok ama nenek sihir ini” sela Vino yang duduk dibelakang kami
          “ yeeee…. Gue sumpahin lo sekelompok sama gue” ujar Dinda
          “ amit-amit” sahut Vino
Aku pun maju, dan mengambil kertas. Saat aku buka ternyata, aku sekelompok dengan Dinda. Aku memperlihatkan kertasku pada Dinda dan dia tampak sangat girang.
Setelah dua absen dari ku, Vino maju kedepan. Nama aslinya sie Livino Edwar, jadi nomor absen kami tidak terlalu jauh bedanya.
          “ allah selalu denger doa orang teraniaya. Ya allah semoga sie kutu kupret ini satu kelompok sama gue. Amin” ujar Dinda sambil mengadahkan tangannya.
          “ amin ya allah” sahut ku ikut mengaminkan
          “ amit-amit” ujar Vino sambil melangkah.
Vino memilih kertas, tampak dia mengucapkan bismillah. Sepertinya dia benar-benar tidak berharap satu kelompok dengan kami. Aku hanya tertawa geli didalam hatiku. Kemudia dia memilih salah satu kertas dan dibukanya. Vino tidak langsung menyebutkan pada pak Edi dia masuk dikelompok berapa. Akupun deg-degan dia masuk kelompok berapa.
          “ vino, kamu masuk kelompok mana?” Tanya pak Edi yang agaknya kesal melihat Vino yang hanya diam.
          “ kelompok tiga pak” jawab vino
Dinda langsung tertawa, akupun mengikuti tindakannya.
          “ syukurin lo. Akhirnya sekelompok juga lo sama gue. Hahahahahaaaaa” Dinda tertawa, akupun begitu.
          “ sial amat sie gue, sekelompok sama orang gila kayak kalian” ujarnya menggerutu.
          “ apa sial? Yang ada kita sial sekelompok sama pemales kayak lo” sahut Dinda tak mau kalah.
Aku dan Dinda asyik tertawa, sedangkan Vino yang kesal berangsur-angsur membaik dan menerima kenyataan yang menyakitkan hatinya.
          “ kok bisa ya kita bertiga satu kelompok. Kira-kira siapa satu lagi yang masuk kelompok kita. Jangan-jangan?” tampak raut cemas diwajahnya Vino
          “ jangan-jangan siapa?’ sahut Dinda
          “ Sandro “ pak Edi menyebutkan giliran selanjutnya.
Mata kami langsung tertuju padanya, aku rasa apa yang aku pikirikan sama dengan yang dipikirkan oleh Dinda dan Vino. Kali ini aku benar-benar tak berharap dia adalah the next anggota keompok kami. Jangan ya Allah aku mohon pada Mu.

1 komentar:

ikha.. mengatakan...

sssiiiiiiiippp............
makin lancar nulis..
walau dag tau pcag tamat ap idag crto in..

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management